Jakarta, Ibukota yang memiliki banyak bangunan
pencakar langit di Indonesia ini berhasil membuatku jatuh cinta dengan
kemudahan aksesnya dalam upaya mengembangkan potensi diri dan menggali banyak
informasi (bukan karena macetnya yah:”). Tidak hanya di Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) saya mengambil pelajaran selama
kurang lebih dua bulan ini. Namun saya juga menyempatkan diri berkelana di
selain hari kerja yang merupakan kewajiban saya untuk magang di Kemlu. Praktik
Kerja Lapangan (PKL) yang diadakan oleh kampus saya ini merupakan langkah awal
dalam menjejaki dunia karir kelak dan membuka sudut pandang saya menjadi
lebih luas. Ditempatkan di kantor Direktorat Fasilitas Diplomatik Kemlu RI ini
membuat saya sangat bersyukur karena memberikan energi positif dan semangat
baru dalam diri untuk lebih berani dan open minded dalam menghadapi serta
terjun ke dunia luar atau dunia karir kelak.
Berada dalam
lingkungan Kemlu RI selama kurang lebih 2 bulan (Juli-Agustus 2018) membuat
saya dapat memahami lebih detail dan rinci mengenai prinsip resiprositas yang
dianut oleh Kemlu RI. Bukan sekedar mengenai teori prinsip, namun saya dapat
langsung melihat prinsip itu dijalankan dalam praktiknya. Resiprositas di sini
berarti, kita memberi sesuai dengan apa yang diberi. Dalam hal ini, tolok ukur
pelakunya adalah para perwakilan negara Indonesia yang berada di luar negeri.
Jadi, apa yang didapatkan oleh perwakilan negara Indonesia di sana (baik berupa
materil maupun non) maka akan didapatkan juga oleh perwakilan negara asing yang
ada di Indonesia, kurang lebih seperti itu. Berada dalam lingkungan Kemlu
RI juga membuat saya lebih banyak mengetahui mengenai istilah-istilah asing
lainnya seperti posting yang berarti ‘ditugaskan’ baik itu untuk
bekerja memperjuangkan kepentingan dan mengenalkan negara Indonesia maupun
untuk belajar di luar negeri. Posting ini biasa dilakukan
setiap tiga tahun sekali. Jadi, diplomat akan bekerja tiga tahun di Indonesia
dan tiga tahun berikutnya di luar negeri.
Uniknya,
Kemlu RI tidak melulu hanya seputar urusan atau hubungan Indonesia
dengan negara asing. Dimana hal ini megindikasikan bahwa pekerjaan yang
dilakukan oleh Kemlu terpusatkan oleh kepentingan Indonesia dengan negara
asing. Lebih dari pada itu, Kemlu memiliki direktorat yang mengurusi urusan
fasilitas dan kenyamanan bagi para pejabat baik konsulat, perwakilan
negara asingmaupun organisasi internasional yang ada di Indonesia yaitu Direktorat Fasilitas
Diplomatik dengan cara evaluasi terhadap fasilitas yang diberikan kepada
Perwakilan Republik Indonesia di negara akreditasi tersebut. Direktorat
ini berfungsi sebagai pelayanan publik bagi para perwakilan negara asing baik
dari Kedutaan Besar maupun Non atau konsulat beserta pejabatnya dan Organisasi
Internasional beserta pejabatnya. Unik dan asiknya adalah di mana kita akan
sering bertemu dengan tamu atau pejabat luar negeri di loket pelayanan publik
millik Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Kemlu RI.
Direktorat Fasilitas
Diplomatik merupakan salah satu bagian dari Direktorat Jenderal Protokol dan
Konsuler di Kemlu RI. Direktorat ini terbagi menjadi beberapa subdirektorat
(subdit) yang nantinya menjadi tempat magang saya selama kurang lebih dua
bulan, di antaranya: subdit Fasilitas Kendaraan Bermotor (rantor); subdit
Fasilitas Barang; subdit Perpajakan dan Pengendalian Asas Resiprositas (pajak);
subdit Pendaftaran, Kunjungan Daerah dan Akreditasi (dafis); subdit Perizinan,
Bangunan dan Monitoring (bangunan); subbagian Tata Usaha dan sekretaris
direktur. Persubdit maupun subbagian di atas memiliki fungsi dan tugas
masing-masing. Namun pada intinya, mereka bekerja untuk melayani para
perwakilan negara asing terkait fasilitas yang didapatkan selama bertugas di
Indonesia seperti halnya pembebasan pajak, pemberian ID Card, perizinan
bangunan dan lain sebagainya.
Pengalaman
yang saya dapatkan di sini begitu banyak sesuai dengan masing-masing subdit
yang saya tempati. Minggu pertama, saya bertugas di subdit Fasilitas
Kendaraan Bermotor (rantor). Pada subdit ini, saya diajarkan dan dibimbing
untuk memahami cara kerja mereka dalam hal urusan pembelian, penjualan,
pembebasan pajak, penghapusan, penghancuran, dan lain-lain terkait kendaraan
yang dimiliki oleh para pejabat diplomatik negara asing. Mulai dari input data
hingga pemberian nomor persetujuan Kemlu RI. Kemudian, minggu kedua saya berada
di subdit Fasilitas Barang. Pada subdit ini saya diajarkan dan dibimbing
dalam hal urusan perizinan ekspor dan impor maupun fasilitas barang, minuman
keras serta kantong diplomatik para perwakilan negara asing dan
pejabatnya. Mulai dari input data hingga pemberian nomor persetujuan Kemlu RI.
Minggu ketiga, saya ditempatkan di subdit Fasilitas Perpajakan dan Pengendalian
Asas Resiprositas (pajak). Pada subdit ini saya diajarkan dan dibimbing dalam
hal urusan pembebasan pajak bagi para pejabat diplomatik negara asing. Baik
pembebasan pajak pembelian barang kebutuhan, sandang, pangan, kendaraan maupun
lain-lain. Mulai dari input data hingga pengiriman berkas persetujuan Kemlu RI
kepada pihak Bea dan Cukai.
Minggu
selanjutnya, saya berada di subdit Pendaftaran, Kunjungan Daerah dan
Akreditasi (dafis). Pada subdit ini saya diajarkan dan dibimbing dalam hal
urusan pembuatan atau penerbitan kartu tanda pengenal (ID Card) dan penerbitan
surat rekomendasi permohonan pas bandara dan pelabuhan bagi kantor maupun
pejabat perwakilan negara asing dan organisasi internasional. Mulai dari
percetakan ID Card, input data, filing data maupun membuat laporan
bulanan terkait urusan ID Card periode April-Agustus 2018.
Kemudian, minggu kelima saya ditempatkan di subdit Perizinan, Bangunan &
Monitoring. Pada subdit ini saya diajarkan dan dibimbing dalam hal urusan
perizinan bangunan dan keamanan, senjata api dan lain-lain. Selain itu saya
juga ditugaskan untuk filing data per masing-masing negara dan persoalan. Mulai
dari persoalan administrasi, file umum, bangunan, keamanan, senjata api dan
sebagainya. Minggu berikutnya, saya bertugas di ruang sekretaris direktur. Pada
subdit ini saya diajarkan dan dibimbing dalam hal melayani dan megurus jadwal
direktur, medampingi serta membantu urusannya. Selain itu, ditugaskan pula
untuk menerima dan mendistribusikan surat disposisi ke masing-masing subdit.
Dalam
hal ini, masing-masing subdit bekerja sama dengan lembaga maupun aparat negara
Indonesia lainnya seperti kantor polisi, badan Bea dan Cukai, Pemerintah
Daerah, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
dan lain sebagainya. Selain tugas-tugas formal seperti yang dipaparkan di atas,
saya juga mendapatkan tugas tambahan dari mentor subdit tertentu untuk
menganalisis dan menerjemah surat maupun nota diplomatik dari negara asing.
Kemudian, selain ilmu dan pelajaran dalam hal pelayanan dan administrasi yang
saya dapatkan, saya juga belajar dan lebih memahami arti kekompakan dalam suatu
tim. Kompak dan harmonisnya suatu tim dalam bekerja sama sangat diperlukan
untuk mencairkan suasana tegang dan formalnya dunia perkantoran. Terkait
kekompakan maupun solidaritas dalam tim, Direktorat Fasilitas Diplomatik memang
tiada duanya. Hal ini dibuktikan dengan semangat mereka dalam berpartisipasi
perlombaan tahunan di Kemlu RI, mulai dari pegawai kantor sampai direktur.
Mereka aktif dalam mendukung para delegasi lomba Direktorat Fasilitas
Diplomatik.
Pengalaman
berharga lainnya yang mungkin tidak bisa saya dapatkan di tempat lain adalah
saya bisa mengobrol langsung dengan pejabat konsulat, perwakilan negara asing
maupun organisasi internasional. Walau perbincangan kami tidak intens dan hanya
sekedar obrolan dasar, dari sini saya bisa belajar bagaimana cara berkomunikasi
dengan para pejabat negara asing. Lewat hal ini pula saya dapat mempraktikkan
bahasa yang sudah saya pelajari selama ini, baik bahasa arab maupun bahasa
inggris. Di samping itu, saya juga mendapatkan kesempatan untuk hadir dalam
acara besar peringatan National Day negara Maroko dan Swiss.
Satu hal yang tidak mungkin saya dapatkan waktu itu kalau tidak magang di Kemlu
RI. Berkesempatan hadir dalam acara besar tersebut membuat saya tahu, paham dan
menyesuaikan diri dengan budaya dan kuliner khas dari negara masing-masing.
Pelajaran
yang saya ambil tidak hanya dalam Kemlu RI namun sering pula pada hari weekend saya
menjelajahi Jakarta untuk eksplor lebih banyak ilmu dan pelajaran hidup. Hidup
di Jakarta keras, kata banyak orang. Memang benar, karena Jakarta merupakan
Ibukota besar dengan taraf hidup yang tidak murah. Selain itu, Jakarta menjadi
pusat banyak kegiatan yang dilakukan di sini. Jakarta yang dipenuhi dengan gedung-gedung
tinggi menuntut kita untuk bekerja keras agar dapat bertahan hidup. Oleh karena
itu, kita tidak dapat mengandalkan alam layaknya kota lain yang masih memiliki
tanah lapang, sawah serta kebun demi bertahan hidup. Hari weekend pada
minggu-minggu pertama saya gunakan untuk berkunjung ke Tangerang, Bogor dan
Ciputat. Selain ingin merasakan suasana kota tersebut, berkunjung ke sana juga
dalam rangka menyambung tali persaudaraan dengan kerabat, keluarga serta teman
saya.
Lebih
dari pada itu, saya juga mengikuti beberapa acara besar yang diadakan di
Jakarta. Pertama, saya mengikuti acara World Indonesia Scholarship
Forum (WISH Forum 2018) yang diadakan oleh dan di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI Senayan Jakarta. Acara ini merupakan acara terbesar
yang berkonsep Education Fair. Dalam acara ini, banyak sekali
kegiatan yang dilakukan mulai dari Scholarship Forum, Scholarship
Information Stand, Scholarship Workshop and Presentation, Scholarship
Supermentor and Scholarship Short Film. Dari sini, saya mendapatkan
banyak informasi seputar beasiswa baik dalam maupun luar negeri. Keesokan
harinya, saya mengikuti kembali acara besar yang berkonsep Education
Fair yang diadakan oleh Vista Education di Harris
Hotel and Convention Kelapa Gading Jakarta Utara. Acara ini juga
terdiri dari Scholarship Information Stand dan Scholarship
Workshop and Presentation namun dikhususkan untuk yang ingin
melanjutkan studi di luar negeri sepeti UK, Australia, Singapore,
Canada dan lain sebagainya. Dari sini juga saya dapat memahami lebih
detail terkait beasiswa yang saya inginkan untuk magister nantinya. Yang dalam
hal ini, saya juga dapat berbagi informasi kepada teman-teman saya yang ingin
melanjutkan studinya ke jenjang magister.
Minggu
terakhir bulan Juli saya menyempatkan hadir dalam kajian islami di Masjid
Istiqlal yang diisi langsung oleh Ustadz Yusuf Mansur pemilik Pondok Pesantren
Darul Quran. Ustadz Yusuf Mansur menyampaikan ceramah motivasi bagi setiap
orang yang memiliki impian dan cita-cita. Siapapun itu, beliau mengatakan bahwa
semua orang harus memiliki impian lalu mengadukan permintaannya kepada
Allah. Weekend berikutnya saya juga sempat hadir dalam acara
Diskusi ‘Perspektif Islam tentang Kekerasan Sosial’ yang diisi oleh pembicara
kontroversial, Ibu Musdah Mulia. Selain saya penasaran dengan sosok beliau,
saya juga ingin mendapatkan lebih banyak kenalan dan ilmu karena acara yang
diadakan di Museum Cemara 6 Art Centre (Galeri) tidak hanya
diisi diskusi namun juga pemutaran film Chinese Whispers karya
Rani P. Collaborations yang menceritakan kilas balik terkait tragedi 1998.
Bagian
akhir ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk para Bapak dan Ibu
serta kakak-kakak yang ada di Direktorat Fasilitas Diplomatik. FYI, Direktorat
FASDIP ini merupakan direktorat yang terkenal paling rame, heboh dan kompak
dibanding direktorat lainnya. Orang-orang yang di dalamnya juga
ramah-ramah, low profile dan dermawanJ. Teruntuk Bapak John
Tjahjanto Boestami selaku direktur; Pak Dino, Bu Helena, Pak Hidayat, Pak
Robert, Mbak Melisa, Mbak Ifo selaku Penanggung Jawab tiap subdit saat itu; Pak
Yusuf, Pak Imam, Pak Idih, Pak Agus, Pak Sahid, Pak Iqbal, Bu Woro yang sudah
menjadi orang tua bagi kami saat itu; Mas Andi, Mas Ibam, Mas Charles, Mbak
Asmah, Mbak Aliya, Mbak Nuy, Mbak Ita, Mbak Dila, Mbak Hani, Mbak Chiara dan
yang lainnya, sekali lagi saya khususnya pribadi mengucapkan banyak terima
kasih telah sudi membimbing dan menerima kami menjadi bagian dari FASDIP saat
ituJ.
NB: Detail info terkait
kegiatan magang di Direktorat Fasilitas Diplomatik KEMLU bisa dilihat di
postingan berikutnya yah, dengan judul “Laporan Praktik Kerja Lapangan:
Direktorat Fasilitas Diplomatik Kementerian Luar Negeri RI (soon)”.